DownloadCitation | GAMBARAN KADAR KREATININ SERUM PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR | Background Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease
Dublin Core Title GAMBARAN KADAR KREATININ PADA PENDERITA Diabetes Mellitus di RS BHAYANGKARA PALEMBANG TAHUN 2017 Subject Kadar kreatinin, penderita Diabetes mellitus, fungsi ginjal Description Diabetes mellitus DM adalah penyakit kronik yang terjadi karena pankreas mengalami penurunan produksi insulin, atau tidak mampu menggunakannya secara efektif. Dengan adanya penurunan maka ini menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah ini disebut dengan hiperglikemi. Hiperglikemi seiring waktu dapat memberi kerusakan pada ginjal, jantung, pembuluh darah, dan peningkatan sakit jantung dan stroke. Diabetes juga salah satu penyebab gagal ginjal. Gagal ginjal adalah ketika ginjal berhenti bekerja sisa-sisa metabolisme tidak bisa dikeluarkan lagi dari darah. Untuk menilai fungsi ginjal dilakukan tes fungsi ginjal yaitu pemeriksaan kadar kreatinin serum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin pada penderita Diabetes mellitus di Rumah Sakit Bhayangkara Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian menggunakan teknik sampling accidental sampling. Sampel penelitian adalah penderita Diabetes mellitus di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2017 yaitu berjumlah 66 penderita. Pengukuran kadar kreatinin menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 penderita, ditemukan sebanyak 17 orang 25,8% dengan kadar kreatinin tinggi dan 49 orang 74,2% dengan kadar kreatinin normal. Berdasarkan jenis kelamin, responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan kadar kreatinin tinggi yaitu sebanyak 6 orang 20,7% dan jenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang 29,7%; berdasarkan umur, responden yang memiliki umur kategori berisiko dengan kadar kreatinin tinggi yaitu sebanyak 16 orang 26,7% dan responden dengan kategori tidak berisiko sebanyak 1 orang 16,7%; berdasarkan lama menderita, responden yang lama menderita kategori berisiko dengan kadar kreatinin tinggi sebanyak 6 orang 27,3% dan responden dengan kategori tidak berisiko sebanyak 11 orang 25,0%; dan berdasarkan terkontrolnya pengobatan, responden dengan terkontrolnya pengobatan kategori tidak terkontrol sebanyak 10 orang 38,5% dan responden dengan kategori terkontrol sebanyak 7 orang 17,5%. Disarankan bagi penderita Diabetes mellitus melakukan pemeriksaan rutin sehingga penyakit DM yang diderita dapat dipantau dan dikontrol. Publisher POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG Contributor DIAH NAVIANTI,AMAK Document Viewer
Diabeticnephropathy was complications of diabetic mellitus that role in the emergence ofglomerulosklerosis and can be ended as kidney failure characterized by elevated levels of creatininso that an impact in disorders of electrolytes including the levels of potassium.

Background People with Type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia continue to increase in prevalence. Understanding of complications due to this disease, one of which is diabetic nephropathy or damage to kidney nephrons. Objective To determine the relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Method This study was an observational experiment using a cross sectional approach based on secondary data. The research was carried out in February to April 2020. The population of this research study is a member of Prolanis Chronic Disease Management Advanced Program in Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sample with 24 patients. Analysis of data using the Spearman’s test. Results From the results of the normality test using the Shapiro Wilk test data obtained were not normally distributed so that continued with the Spearman rank test obtained r of and p values with sig. 2-tailed of or> H0 received. This means that there is no relationship between HbA1c levels and blood creatinine levels in patients with type 2 DM. Conclusion There is no relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PUINOVAKESMAS No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 ISSN 2746-7430 Online 84 puinovakesmas Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 Putri Nur Cahyani a,, 1*, Atik Martsiningsih a, 2, Budi Setiawan a,b, 3 a Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl Ngadinegaran MJIII No 62 Yogyakarta 55141 b PUI Novakesmas, Jl Tata Bumi No 3 Sleman 55293 1 pcahyani26 atikskripsikti20 *korespondensi penulis Sejarah artikel Diterima Revisi Dipublikasikan 5 Maret 2021 7 Maret 2021 8 Maret 2021 Latar Belakang Prevalensi Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia terus meningkat. Pengertian komplikasi akibat penyakit ini, salah satunya adalah nefropati diabetik atau kerusakan nefron ginjal. Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Metode Penelitian ini merupakan eksperimen observasional dengan pendekatan cross sectional berdasarkan data sekunder. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2020. Populasi penelitian ini adalah anggota Prolanis Program Lanjutan Penanggulangan Penyakit Kronis di Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sampel dengan 24 pasien. Analisis data menggunakan uji Spearman. Hasil Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk test diperoleh data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji rank spearman diperoleh r sebesar -0,006 dan nilai p dengan sig. 2-tailed 0,961 atau> 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Kesimpulan Tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Kata kunci Diabetes Mellitus Tipe 2 Glukosa darah HbA1c Kreatinin Key word Type 2 Diabetes Mellitus Blood glucose HbA1c Creatinine The relationship of HbA1c levels with creatinin levels in Diabetes Mellitus Type 2 patients. Background People with Type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia continue to increase in prevalence. Understanding of complications due to this disease, one of which is diabetic nephropathy or damage to kidney nephrons. Objective To determine the relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Method This study was an observational experiment using a cross sectional approach based on secondary data. The research was carried out in February to April 2020. The population of this research study is a member of Prolanis Chronic Disease Management Advanced Program in Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sample with 24 patients. Analysis of data using the Spearman’s test. Results From the results of the normality test using the Shapiro Wilk test data obtained were not normally distributed so that continued with the Spearman rank test obtained r of and p values with sig. 2-tailed of or> H0 received. This means that there is no relationship between HbA1c levels and blood creatinine levels in patients with type 2 DM. Conclusion There is no relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 85 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 This is an openaccess article under the CC–BY-SA license. Pendahuluan Prevalensi dari penyakit Diabetes Mellitus DM semakin meningkat terutama di negara yang sedang berkembang Arisman, 2008. Pada tahum 2024 penderita diabetes diprediksi mencapai 692 juta jiwa. Angka ini berdasarkan catatan International Diabetes Federation IDF pada 2015 yang menyebut jumlah penderita diabetes mencapai 415 juta jiwa, kemudian pada tahun 2017 mencapai 425 juta. Di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas dari tahun 2013 hingga 2018 prevalensi Diabetes Melitus DM meningkat dari menjadi %, yang artinya terdapat juta penduduk menderita DM. Penyakit Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang tidak dapat disembuhkan, namun kadar glukosa dalam darah dapat dikendalikan agar tetap pada ambang batas normal. Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan diabetes yang prevalensinya tinggi. Diabetes tipe 2 ini dapat terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, selain dari faktor keturunan, DM tipe 2 berkembang sangat lambat dan tidak mutlak memerlukan suntikan insulin karena pankreasnya masih menghasilkan insulin. Tipe DM ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi diantaranya komplikasi pada syaraf, koma hiperglikemi, koma hipoglikemi, komplikasi pada mata, luka yang sulit sembuh, dan komplikasi pada ginjal. Penderita diabetes mellitus mempunyai kecenderungan menderita nefropati 17 kali lebih sering dibandingkan dengan orang non-diabetik. Kerusakan pada ginjal tersebut dapat didiagnosa dengan pemeriksaan tes fungsi ginjal, salah satunya adalah pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Pemeriksaan kreatinin ini, sangat membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Kadar normal dari kreatinin adalah 0,05 dan kadar kreatinin dengan signifikansi = 0,000 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Menurut analisis statistik yang dilakukan data pada penelitian ini tidak normal, dilihat dari nilai kadar HbA1c dengan signifikansi = 0,458 >0,05 dan kadar kreatinin dengan signifikansi = 0,000 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Apabila mengacu pada analisis statistik tersebut tidak adanya hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah diakibatkan karena penderita DM Tipe 2 yang menjadi sampel dala penelitian ini melakukan kontrol HbA1c dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan rutin melakukan pemeriksaan glukosa darah setiap bulan dan melakukan medical check up setiap 6 bulan sekali untuk diukur kadar HbA1c, kreatinin darah, ureum darah, kolesterol total, HDL - kolesterol, LDL - kolesterol, trigliserida, mikroalbumin kuantitatif, dan pemeriksaan urin. Dengan rutin melakukan medical check up tersebut maka dapat dilakukan kontrol terhadap penderita. Penderita DM Tipe 2 tersebut juga selalu rutin mengkonsumsi obat - obatan diantaranya Metformin dan Glimepirid sehingga glukosa darah dapat dikontrol dengan baik. Apabila dilakukan kontrol HbA1c yang baik maka kemungkinan terjadinya komplikasi ginjal atau nefropati diabetik dapat diminimalisir. Karena dengan terkontrolnya glukosa dalam darah maka kerja dari ginjal tidak menjadi berat dan dapat terjadi kerusakan pada nefron apabila hal tersebut terjadi secara terus - menerus. Dibuktikan dengan penelitian ini bahwa kegiatan prolanis untuk mengontrol kadar gula darah secara rutin dapat meminimalisir adanya kejadian nefropati diabetik. Hasil dari penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Vithiavathi Sivasubramanian, Karthik Jetty, S. Senthil Kumar 2019. Yang menunjukkan adanya korelasi antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor diantaranya wilayah penelitian yang berbeda yaitu di India dan di Indonesia. Subyek yang dipilih oleh peneliti juga berbeda kriterianya. Subyek yang diambil oleh peneliti adalah kelompok anggota prolanis yang sudah ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 91 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dikontrol setiap bulan. Sedangkan hasil dari penelitian ini sama dengan penelitian milik Fernando Ferino 2017. Yang menunjukkan tidak terdapat korelasi antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah. Kelemahan dari penelitian ini adalah perlunya ditambahkan parameter lain untuk pemeriksaan tes fungsi ginjal agar benar - benar didapatkan hasil yang akurat mengenai adanya kerusakan ginjal atau komplikasi nefropati diabetik. Parameter lain tersebut diantaranya ureum, mikroalbumin urin, dan kreatinin urin untuk tes fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan saat adanya pandemi Covid-19 sehingga dalam pelaksanaannya kurang maksimal. Kesimpulan Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Perlu dilakukan penelitian kelanjutan dengan parameter lain yaitu ureum, mikroalbumin urin, dan kreatinin urin untuk tes fungsi ginjal, sehingga diketahui adanya risiko nefropati diabetik. Daftar Pustaka 1. Anggun, 2012. Hubungan Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. 2. Arsono, Soni. 2005. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Universitas Diponegoro. Semarang. 3. David C end Dugdale. Creatinine blood from https// Gov /Medlineplus/ency/article/ Tanggal 3 Januari 2019. 4. Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, 1003. 5. Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta Aditya Media. 6. Guyton and Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta EGC. 7. I Gusti Ayu Putu Widia Satia Padma, dkk. 2017. Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 5, No. 2, Desember 2017 111 Hlm. 107 – 11. 8. Kara A. Renal function. Clinical chemistry. 6th ed. Philadephia Wlters Kluwer;2012. 9. Kartika, .2006. Dinamika emosi kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus. Journal. Universitas Gajah Mada. 10. Kee JL., 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Cetakan I Edisi 6. Jakarta ECG. 11. Maulina, Sri Septi. 2016. Korelasi antara Kadar Glukosa Darah dengan Kadar Kreatinin Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rsud Surakarta. Tugas Akhir Universitas Setia Budi Surakarta. 12. McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes. 13. Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta. 14. Nugraha, Gilang 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta CV Trans Info Medika. 15. Perkeni, 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia 2006, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Jakarta. 16. Rinda A. 2015. Pengaruh konsentrasi asam pikrat pada penentuan kreatinin menggunakan sequential injection analysis. Jurnal Kimia. 12 587 – 591. 17. Depkes, 2008. Riset kesehatan dasar RISKESDAS 2007. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 18. Rochmah, Diabetes melitus pada Usia Lanjut. InSudoyo dkk ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 19. Sacher, Ronald A dan Richard A. McPherson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Alih bahasa Brahm dan Dewi Wulandari. Jakarta EGC. 20. Sacher, A Ronald. 2012. Tinjauan Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta EGC. 21. Sari, Putri Noviana. 2019. Gambaran Kadar Kreatinin pada Serum Deproteinasi dan Non - Deproteinasi dengan Metode Jaffe Reaction. Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta. 22. Soegondo, Sidartawan, Pradana Soewondo, Imam Subekti, ed. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta Balai Penerbit FKUI; 2004. 23. Soewondo P, 2009., Buku Ajar Penyakit Dalam Insulin Koma Hiperosmolar Hiperglikemik non Ketotik, Jilid III, Edisi 4, Jakarta FK UI pp. 1913. 24. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung Alfabeta. 25. Stevens LA, Coresh J, Greene T, Levey AS. Assesing kidney function-measured and estimated glomerular filtration rate. N Engl J Med. 2006;3542473-83. ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 93 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 26. Sivasubramanian, V., Jetty, K. and Kumar, 2019. Correlation of HbA1c with urinary ACR, serum creatinine and eGFR in type-2 diabetes mellitus at Puducherry, South India. International Journal of Research in Medical Sciences, 75, ResearchGate has not been able to resolve any citations for this SivasubramanianKarthik JettyS. Senthil KumarBackground Diabetes Mellitus DM is a major emerging clinical health problem in this world. Anemia is a common problem in diabetes. Type 2 DM comprises about 90% of diabetic population of any A cross-sectional study carried out among 125 type 2 diabetic mellitus patients’ area at Department of Medicine Aarupadai Veedu Medical college AVMC and hospital, Puducherry during the period from May 2018 to October objectives of the study were to evaluate the association of HbA1c with urinary ACR, eGFR and serum creatinine in Type 2 diabetes mellitus. Data was analyzed using the SPSS version The randomly selected study group comprised 100 type 2 DM patients and 25 control peoples of 35-70 years of age. Type 2 DM patients were evaluated of HbA1c, normotensives or hypertensives. FBS, serum creatinine, urinary albumin and creatinine were estimated. Urinary ACR and eGFR and were calculated. The data result was expressed as mean and standard deviation. A probability value is less than and it was considered statistically Type 2 diabetes mellitus patients, HbA1c and duration of diabetes were the strongest predictors of micro albuminuria and age was the strongest predictors of a low eGFR. The diabetes was poorly controlled, making the progression to end stage renal failure in concern patients. They measure the prevention of urinary albumin excretion, development of renal abrasion, smoking termination, strict glycaemic control and initiating lipid lowering therapy. Candace McnaughtonWesley H. SelfCorey M SlovisIN BRIEF This article reviews the most common and immediately life-threatening diabetes-related conditions seen in hospital emergency departments diabetic ketoacidosis, hyperglycemic hyperosmolar state, and hypoglycemia. It also addresses the evaluation of patients with hyperglycemia and no previous diagnosis of the coming years, estimates of the glomerular filtration rate GFR may replace the measurement of serum creatinine as the primary tool for the assessment of kidney function. Indeed, many clinical laboratories already report estimated GFR values whenever serum creatinine is measured. This review considers current methods of measuring GFR and GFR-estimating equations and their strengths and weaknesses as applied to chronic kidney Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas KedokteranAnggunAnggun, 2012. Hubungan Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas Kedokteran, Universitas Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal TerminalSoni ArsonoArsono, Soni. 2005. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Universitas Diponegoro. C End DugdaleDavid C end Dugdale. Creatinine blood from https// Gov /Medlineplus/ency/article/ Tanggal 3 Januari Kedokteran Dorland edisi 31W A DorlandNewmanDorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, J CorwinElizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta Aditya C GuytonJ E HallGuyton and Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah DenpasarDkk I Gusti Ayu Putu Widia Satia PadmaI Gusti Ayu Putu Widia Satia Padma, dkk. 2017. Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 -1159, Vol. 5, No. 2, Desember 2017 111 Hlm. 107 -11.

LENGKONG AYOBANDUNG.COM - Berikut ini manfaat daun kelor yang konon berkhasiat dapat menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.Apa saja kandungannya? Daun kelor atau moringa sudah dikenal sejak lama sebagai tanaman yang memiliki beragam manfaat untuk kesehatan tubuh kita.
Background Diabetes mellitus type 2 DMT2 is the most common type of diabetes and affects more than 90% of people with diabetes. Increasing age causes changes in carbohydrate metabolism and insulin release, which is influenced by blood sugar and inhibits the release of sugar into cells because it is influenced by insulin. The risk of diabetes mellitus increases with age, especially at 40 years and above. It happens because of the increase in sugar intolerance in people aged 40 and This study aims to determine the description of serum creatinine levels in patients with type 2 diabetes mellitus at the age of 40 years and The research design is cross-sectional with inclusion criteria, namely DMT2 patients aged 40 years and above, and conducting examinations at the Prodia clinical laboratory, Banda Aceh branch, from January to May 2022. Samples were taken by accidental sampling, totaling 59 people. Data were collected by interview and laboratory examination to measure creatinine levels using the automatic analyzer method. The reference value for serum creatinine examination in men is 0,7-1,3 mg/dl and in women 0,6-1,1 mg/dl. Data analysis was done DMT2 patients aged 40 years and above were predominantly male 55,9%, and the frequency based on age range was mainly between 56-65 years 37,3%. As many as 16,9% of DMT2 patients aged 40 years and over had increased serum creatinine levels, although there were also 83,1% normal creatinine DMT2 patients aged 40 years and above are dominant in men compared to women; the increase in creatinine levels do not show such a high value. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Original Research Kadar kreatinin serum pasien diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok usia 40 tahun keatas Serum creatinine levels of patients with type 2 diabetes mellitus aged 40 years and above Asri Jumadewi, Wiwik Emmi Krisnawati4 Abstract Background Diabetes mellitus type 2 DMT2 is the most common type of diabetes and affects more than 90% of people with diabetes. Increasing age causes changes in carbohydrate metabolism and insulin release, which is influenced by blood sugar and inhibits the release of sugar into cells because it is influenced by insulin. The risk of diabetes mellitus increases with age, especially at 40 years and above. It happens because of the increase in sugar intolerance in people aged 40 and above. Objectives This study aims to determine the description of serum creatinine levels in patients with type 2 diabetes mellitus at the age of 40 years and above. Methods The research design is cross-sectional with inclusion criteria, namely DMT2 patients aged 40 years and above, and conducting examinations at the Prodia clinical laboratory, Banda Aceh branch, from January to May 2022. Samples were taken by accidental sampling, totaling 59 people. Data were collected by interview and laboratory examination to measure creatinine levels using the automatic analyzer method. The reference value for serum creatinine examination in men is 0,7-1,3 mg/dl and in women 0,6-1,1 mg/dl. Data analysis was done descriptively. Results DMT2 patients aged 40 years and above were predominantly male 55,9%, and the frequency based on age range was mainly between 56-65 years 37,3%. As many as 16,9% of DMT2 patients aged 40 years and over had increased serum creatinine levels, although there were also 83,1% normal creatinine levels. Conclusion DMT2 patients aged 40 years and above are dominant in men compared to women; the increase in creatinine levels do not show such a high value. Keywords Age 40 years and above, diabetes mellitus, DMT2, serum creatinine Abstrak Latar Belakang Diabetes mellitus tipe 2 DMT2 merupakan jenis diabetes yang paling umum dan mempengaruhi lebih dari 90% penderita diabetes. Bertambahnya usia menyebabkan perubahan metabolisme karbohidrat, serta perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh gula dalam darah dan menghambat pelepasan gula yang masuk ke dalam sel karena dipengaruhi oleh insulin. Risiko diabetes mellitus meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada usia 40 tahun keatas. Hal tersebut terjadi karena peningkatan intoleransi gula pada usia 40 tahun keatas. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin serum pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 pada usia 40 tahun keatas. Metode Desain penelitian adalah cross sectional dengan kriteria inklusi yaitu pasien DMT2 berusia 40 tahun keatas, dan melakukan pemeriksaan di laboratorium klinik Prodia cabang Banda Aceh pada Januari sampai Mei tahun 2022. Bagian Teknologi Laboratorium Medik, Jurusan Teknologi Laboratorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia. E-mail asrijumadewi Bagian Teknologi Laboratorium Medik, Jurusan Teknologi Laboratorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia. E-mail yantiasyan2017 Bagian Teknologi Laboratorium Medik, Jurusan Teknologi Laboratorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia. E-mail ffrarahfajarna 4 Prodi D-III Teknologi Laboratorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia. E-mail Penulis Koresponding Asri Jumadewi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh. Jln. Tgk. Mohd. Daud Beureueh, A, Kuta Alam, Kota Banda Aceh 24415, Aceh, Indonesia. E-mail asrijumadewi SAGO Gizi dan Kesehatan 2022, Vol. 41 52-57 © The Authors 2022 Poltekkes Kemenkes Aceh Diterima 19/08/2022 Revisi 02/11/2022 Disetujui 06/12/2022 Diterbitkan 14/12/2022 Jumadewi et al. 53 Kadar kreatinin pasien DMT2 usia 40 tahun keatas.... Sampel diambil secara accidental sampling, berjumlah 59 orang. Pengumpulan data dilakukan wawancara dan pemebriksaan laboratorium untuk mengukur kadar kreatinin yaitu menggunakan metode automatic analyzer. Nilai rujukan untuk pemeriksaan kreatinin serum pada laki-laki 0,7-1,3 mg/dl dan pada perempuan 0,6-1,1 mg/dl. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil Pasien DMT2 yang usia 40 tahun keatas lebih dominan berjenis kelamin laki-laki 55,9% serta frekuensi berdasarkan rentang usia yaitu paling banyak antara 56-65 tahun 37,3%. Sebesar 16,9% pasien DMT2 yang usia 40 tahun keatas mengalami peningkatan kadar kreatinin serum, walaupun demikian juga terdapat sebesar 83,1% kadar kreatinin yang normal. Kesimpulan Pasien DMT2 yang berusia 40 tahun keatas dominan pada laki-laki dibandingkan perempuan, peningkatan kadar kreanitin tidak begitu menunjukkan nilai yang tinggi. Kata Kunci Ddiabetes mellitus, DMT2, kreatinin serum, usia 40 tahun keatas Pendahuluan reatinin adalah produk metabolisme endogen otot rangka yang diekskresikan dalam urin dan tidak diserap kembali oleh tubulus ginjal. Kadar kreatinin yang tinggi dan rendah dalam darah menjadi indikator penting dalam menentukan apakah seseorang mengalami gangguan fungsi ginjal. Pemeriksaan melalui serum kreatinin pada penderita Diabetes Mellitus dapat menggambarkan perjalanan penyakit diabetes yang sudah mengalami komplikasi gagal ginjal Padma et al., 2017 Diabetes Mellitus DM adalah gangguan metabolisme kronis yang disebabkan oleh pankreas yang tidak memproduksi insulin sesuai kebutuhan, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkannya secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan gula darah, sehingga terjadi peningkatan gula darah hiperglikemia. Diabetes Mellitus termasuk dalam Penyakit Tidak Menular PTM, yang merupakan penyakit kronis bahkan dianggab sebagai the silent killer Prasetyani & Apriani, 2017. Penyakit PTM ini dapat menyebabkan komplikasi kronis seperti kegagalan fungsi organ dalam tubuh, nefropati diabetik dan progresif kronis yang jika tidak ditangani atau dikontrol dengan baik akan menyebabkan gagal ginjal terminal Arsono, 2010. Kategori DM antara lain Diabetes Mellitus Tipe 1 DMT1, Diabetes Mellitus Tipe 2 DMT2, Diabetes Gestasional terjadi selama kehamilan, dan jenis diabetes lainnya. Diabetes Mellitus tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling umum, mempengaruhi lebih dari 90% penderita diabetes. Kondisi seseorang dengan kadar glukosa darah tinggi sebagai akibat dari gangguan sekresi dan resistensi insulin merupakan kategori DMT2 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021. Pasien Diabetes Mellitus memiliki kadar gula darah tinggi atau hiperglikemia, kondisi ini menyebabkan dinding pembuluh darah rusak, lemah dan rapuh, sehingga mengakibatkan penyumbatan yang menyebabkan komplikasi mikrovaskular, salah satunya adalah nefropati diabetik. Kondisi hiperglikemik juga berperan dalam pembentukan aterosklerosis. Akibatnya, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah dan penurunan kecepatan aliran darah yang menyebabkan berkurangnya suplai darah ke ginjal. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada proses filtrasi pada glomerulus dan penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan peningkatan kadar urea darah dan kreatinin Melani & Anggita Kartikasari, 2020 Kurniawan, 2019. Bertambahnya usia menyebabkan perubahan metabolisme karbohidrat dan perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh gula dalam darah. Hal ini menghambat pelepasan gula yang masuk ke dalam sel karena dipengaruhi oleh insulin. Faktor usia mempengaruhi penurunan semua sistem tubuh, termasuk sistem endokrin. Selain itu akan menyebabkan kondisi resistensi insulin yang mengakibatkan kadar gula darah tidak stabil sehingga, banyaknya kejadian Diabetes Mellitus salah satunya karena faktor penuaan yang secara degeneratif menyebabkan penurunan fungsi tubuh Sovia et al., 2020; Yusnanda et al., 2018. Sedangkan menurut Tandra, 2018 dan Sovia et al., 2020 peningkatan risiko Diabetes Mellitus seiring bertambah usia, disebabkan oleh peningkatan intoleransi gula pada usia tersebut. Proses penuaan ini akan menyebabkan penurunan kemampuan sel beta pankreas untuk memproduksi insulin. Meningkatnya penderita DM berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada tahun 2016 ada 415 juta orang dewasa dengan diabetes, 54 SAGO Gizi dan Kesehatan 41 Juli – Desember 2022 meningkat empat kali lipat dari 108 juta pada tahun 2010. Pada tahun 2040 jumlahnya diperkirakan menjadi 642 juta orang. Persentase orang dewasa dengan diabetes adalah 8,5%. Pada tahun 2015 Indonesia menduduki peringkat ketujuh di dunia untuk prevalensi diabetes tertinggi setelah China, India, Rusia, dan Meksiko dengan perkiraan jumlah penderita diabetes sebanyak 10 juta Kementrian kesehatan Republik Indonesia, 2020 dan Dinas Kesehatan Aceh, 2021. Selain itu tingginya jumlah pasien Diabetes Mellitus setiap tahunnya yang berkunjung ke Laboratorium Klinik Prodia Cabang Banda Aceh. Hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh dari tahun 2019 sebanyak orang, pada tahun 2020 terdapat 956 orang dan pada tahun 2021 dengan pasien Diabetes Mellitus. Kontribusi Laboratorium Klinik Prodia sejak 1991 sampai 2016, telah memberikan kemudahan untuk berkontribusi pada lebih dari penelitian, baik untuk tujuan akademisi, studi epidemiologis maupun untuk publikasi ilmiah Prodia, 2017. Berdasarkan kajian diatas, maka sangat penting untuk mendapatkan gambaran atau profil kadar kreatini serum pada pasien DMT2 yang berusia 40 tahuan keatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin serum pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 pada usia 40 tahun keatas. Metode Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap kadar kreatinin serum pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 pada usia ≥40 tahun . Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Cabang Banda Aceh. Sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi, yaitu pasien DMT2 yang berusia ≥40 tahun yang melakukan pemeriksaan kadar kreatinin darah. Sampel yang diperoleh sebanyak 59 orang dengan teknik Accidental Sampling, dan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari rekam medis periode Januari sampai Mei 2022. Pengumpulan data meliputi data karakteristik yang dikumpulkan menggunakan form kuesioner dan dilakukan wawancara secara langsung dengan responden. Data kreatinin dikumpulkan melalui pemeriksaan laboratorium. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu menyediakan lembaran observasi yang dapat dijadikan petunjuk teknis pelaksanaan dan pemeriksaan yang meliputi identitas pasien dan kode sampel di laboraturium. Responden juga diberikan penjelasan informed consent. Pengumpulan data kadar kreatinin dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh beberapa tenaga analis kesehatan, yang diperoleh melalui pengambilan darah vena mediana cubiti dengan melakukan pemisahan serum dan plasma di ambil serum sebagai pemeriksaan pada pasien diabetes melitus tipe 2. Untuk mengetahui kadar kreatinin digunakan metode automatic analyzer yang dilakukan dilaboraturium Prodia Banda Aceh. Pengolahan data untuk variabel kadar kreatinin serum, yaitu menggunakan nilai rujukan untuk pemeriksaan kreatinin serum untuk laki-laki 0,7-1,3 mg/dl dan perempuan 0,6-1,1 mg/dl. Analisis data hanya dilakukan secara deskriptif. Hasil Hasil penelitian terkait dengan gambaran kadar kreatinin serum pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 DMT2 pada usia 40 tahun keatas, disajikan pada tabel 1 dan gambar 1 berikut ini. Tabel 1. Karakteristik pasien DMT2 usia 40 tahun keatas n= 59 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Berdasarkan hasil penelitian Tabel 1 menunjukkan bahwa subjek penelitian kadar kreatinin serum pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 pada usia 40 tahun keatas, berdasarkan jenis kelamin dominan pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33 orang 55,9%. Sedangkan berdasarkan kelompok umur, terbanyak pada rentang usia 56-65 tahun sebanyak 22 orang 37,3% dan paling sedikit pada rentang usia 40-45 tahun sebanyak 7 orang 11,9%. Jumadewi et al. 55 Kadar kreatinin pasien DMT2 usia 40 tahun keatas.... Tabel 2. Gambaran kadar kreatinin pada pasien DMT2 usia 40 tahun keatas berdasarkan jenis kelamin Data dalam satuan mg/dl Berdasarkan tabel 2, tergambarkan bahwa rata-rata kreatinin lebih tinggi pada pasien DMT2 berjenis kelamin laki-laki 1,25 mg/dl dibandingkan pasien perempuan 0,84 mg/dl. Begitu juga dengan kadar kreatinin tertinggi, pada laki-laki 4,45 mg/dl lebih besar dibandingkan perempuan 2,92 mg/dl. Gambar 1. Hasil pemeriksaan kadar kreatinin serum pada pasien DMT2 usia 40 tahun keatas n= 59 Setelah dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin serum secara laboratorium, diperoleh hasil Gambar 1 bahwa pasien pasien DMT2 usia 40 tahun keatas, diketahui sebanyak 49 orang 83,1% pasien mempunyai kadar kreatinin serum dalam batas normal. Sedangkan hanya terdapat 10 orang 16,9% pasien DMT2 usia 40 tahun keatas yang mengalami peningkatan kadar kreatinin serum. Pembahasan Hasil penelitian telah dilaporkan bahwa, jenis kelamin paling banyak adalah kaum laki-laki. Hal ini menurut penelitian yang ada berdasarkan studi cross-sectional maupun longitudinal telah mengidentifikasi beberapa faktor penyebab risiko kejadian DM antara lain karena peningkatan usia, dan jenis kelamin Arsono, 2010. Begitu pula menurut penelitian lain, bahwa pasien laki-laki mendominasi dengan jumlah 53,3 % Melani & Anggita Kartikasari, 2020. Namun demikian pada perempuan juga sangat besar peluang terjadinya diabetes, apalagi diperburuk oleh kondisi pandemi covid-19. Hal ini harus menjadi perhatian, karena perempuan yang kurang beraktifitas lebih tinggi risiko terjadi diabetes dibandingkan laki-laki yang kurang beraktifitas Al Rahmad, 2021. Berdasarkan usia pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 terbanyak pada rentang usia 56-65 tahun yaitu 37,3%. Data ini sejalan dengan data yang dipublikasikan oleh Riskesdas berdasarkan rangkuman tahun 2013-2018 menunjukkan bahwa pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia lebih banyak menderita pada kelompok usia 55-64 tahun Riskesdas, 2018. Berdasarkan teori yang ada, bahwa individu di atas usia 40 tahun berisiko lebih tinggi terkena Diabetes Mellitus tipe 2 daripada mereka yang lebih muda Lieseke & Zeibig, 2018. Selain itu proses penuaan akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi, dan kondisi biokimia tubuh dengan meningkatnya resistensi insulin Prasetyani & Apriani, 2017. Hasil penelitian tentang pemeriksaan kadar kreatinin serum pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 usia 40 tahun keatas, didominasi pada kategori normal sebanyak 83,1%. Asumsi peneliti bahwa, dikarenakan pasien Diabetes Mellitus yang berkunjung ke Laboratorium Klinik Prodia Cabang Banda Aceh merupakan pasien DM yang mendapatkan kontrol glikemik yang baik dari dokter sehingga tidak terjadi komplikasi. Sesuai dengan hasil dari food recall selama 24 jam yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, menggambarkan pentingnya diit asupan kalori pada pasien Gangguan Ginjal Kronik GGK pasien DM yang memiliki indeks glikemik yang tinggi karena dapat menaikkan kadar gula darah Chadijah & Wirawanni, 2013. Kadar gula darah yang tidak terkontrol menyebabkan kadar zat lemak dalam darah meningkat sehingga mempercepat arteriosclerosis, yaitu memburuknya aliran darah lebih hebat dari aterosklerosis Widyaningsih et al., 2016. Faktor lain disebabkan pada penderita DM pada beberapa tahun perjalanan penyakit diabet, penderita tidak langsung menyebabkan fungsi penyaringan ginjal menurun, bahkan kemampuan penyaringan ginjal bisa lebih tinggi dari biasanya pada beberapa tahun pertama, sehingga masih tergolong normal Dabla, 2010. 56 SAGO Gizi dan Kesehatan 41 Juli – Desember 2022 Tingginya kategori normal kadar kreatinin pada DMT2 pada penelitian ini juga sejalan dengan penelitian tentang gambaran kadar kreatinin pada pasien DM tipe-2 di Rumah Sakit Otikka Medika Serang Banten, diperoleh kategori normal sebesar 48,2% pada usia 46-65 tahun Melani & Anggita Kartikasari, 2020 dengan rata-rata umur pasien DM adalah 60 tahun Prasetyani & Apriani, 2017. Faktor penuaan secara degeneratif menyebabkan penurunan fungsi tubuh Edwina et al., 2015. Meningkatnya kadar kreatinin yang ditemukan pada pasien DM menurut hasil pemeriksaan di laboratorium pada Tabel 2, meningkat sebanyak 16,9%. Hal ini terjadi akibat menurunnya fungsi ginjal hingga 50% dari kapasitas fungsionalnya pada usia ≥40 tahun. Oleh karena, berkurangnya populasi nefron dan kemampuan regenerasi yang menyebabkan kadar kreatinin meningkat dan kemampuan filtrasi tidak lagi sempurna dalam proses fisiologis Melani & Anggita Kartikasari, 2020. Pada penderita DM berisiko terhadap ginjal yang akan cenderung rusak karena Kadar Gula Darah KGD yang tinggi Kamińska et al., 2020. Ditambah lagi, kejadian dislipidemia dan inflamasi juga dapat terjadi pada penderita DMT2 karena kemampuan penurunan suplai darah ke ginjal yang mengakibatkan gangguan Glomerulus Filtration Rate GFR diikuti dengan peningkatan Blood Urea Nitrogen BUN dan Serum Creatinine SC Widyaningsih et al., 2016. Mengukur kemampuan fungsi ginjal dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar kreatinin untuk meninjau laju filtrasi glomerulus pada penderita DM Dabla, 2010. Kejadian gagal ginjal terminal akibat denaturasi protein penderita DM bukan saja akibat tingginya KGD dalam darah hiperglikemia tetapi juga akibat hipertensi intraglomerulus Arsono, 2010. Kesimpulan Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 DMT2 yang berusia 40 tahun keatas dominan pada laki-laki dibandingkan perempuan. Terjadi peningkatan kadar kreanitin tidak begitu menunjukkan nilai yang tinggi pada pasien DMT2. Saran, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar ureum pada penderita DM untuk melengkapi diagnosa laboratorium dalam mengindikasikan fungsi laju filtrasi glomerulus pada ginjal pasien. Deklarasi Konflik Kepentingan Penulis telah menyatakan bahwa pada artikel ini tidak ada maupun terdapat potensi konflik kepentingan baik dari penulis maupun instansi sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan, baik berdasarkan kepengarangan, maupun publikasi. Ucapan Terima Kasih Terima kasih disampaikan kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medik, Ketua Prodi Teknologi Laboratorium Medik dan Laboratorium Mikrobiologi yang juga telah memberikan izin dalam melakukan penelitian ini. Daftar Rujukan Al Rahmad, A. H. 2021. Several risk factors of obesity among female school teachers and relevance to non-communicable diseases during the Covid-19 pandemic. Amerta Nutrition, 51, 31–40. Arsono, S. 2010. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Diponegoro University Institutional Repository UNDIP-IR, 752, 27–31. Chadijah, S., & Wirawanni, Y. 2013. The Differences In Nutrion Status, Ureum, and Creatinin Levels Among Chonic Renal Failure With Diabetes Mellitus and Non Diabetic Patient in RSUD Abidin Banda Aceh. Journal of Nutrition and Health. Dabla, P. K. 2010. Renal Function in Diabetic Nephropathy. World Journal of Diabetes, 12, 48. Dinas Kesehatan Aceh. 2021. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2020. Kementerian Kesehatan RI. Edwina, D. A., Manaf, A., & Efrida, E. 2015. Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari 2011 - Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 41, 102–106. Kamińska, J., Dymicka-Piekarska, V., Tomaszewska, Jumadewi et al. 57 Kadar kreatinin pasien DMT2 usia 40 tahun keatas.... J., Matowicka-Karna, J., & Koper-Lenkiewicz, O. M. 2020. Diagnostic Utility of Protein to Creatinine Ratio P/C ratio in Spot Urine Sample Within Routine Clinical Practice. Critical Reviews in Clinical Laboratory Sciences, 575, 345–364. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. In IT - Information Technology Vol. 48, Issue 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2020. Penyakit Tidak Menular Kini Ancam Usia Muda. Kemenkes RI. Kurniawan, F. B. 2019. Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan. EGC. Lieseke, C. L., & Zeibig, E. A. 2018. Buku Ajar Laboratorium Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Melani, E. M., & Anggita Kartikasari, L. 2020. Gambaran Kadar Ureum Kreatinin Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 di RS Otikka Medika Serang Banten. Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha, 42, 12–22. Padma, I. G. A. P. W. S., Arjani, I. A. M. S., & Jirna, I. N. 2017. Gambaran Kadar Kreatinin Serum Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Meditory The Journal of Medical Laboratory, 52, 107–117. Prasetyani, D., & Apriani, E. 2017. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan 2. Bidan Prada, Jurnal Kebidanan AKBID YLPP PURWOKERTO, 42–58. Prodia. 2017. Prodia Penunjang Penelitian. Prodia. Riskesdas. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Sovia, S., Damayantie, N., & Insani, N. 2020. Determinan Faktor Prediabetes di Kota Jambi Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 203, 983. Tandra, H. 2018. Dari Diabetes Menuju Ginjal Petunjuk Praktis Mencegah dan Mengalahkan Sakit Ginjal Dengan Diet Benar dan Hidup Sehat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Widyaningsih, M. A., Lestari, A. W., & Yasa, I. W. P. S. 2016. Analisis Perbedaan Kadar Blood Urea Nitrogen Bun Dan Kadar Serum Creatinine Sc Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Profil Lipid Normal Dan Dislipidemia Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Periode Januari-Desember 2014. E-JURNAL MEDIKA, 510, 1–7. Yusnanda, F., Rochadi, R. K., & Maas, L. T. 2018. Pengaruh Kebiasaan Makan Terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Pada Pra Lansia Di Blud Rsu Meuraxa Kota Banda Aceh. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 12, 153–158. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this spot random urine protein to creatinine ratio P/C ratio is an alternative, fast and simple method of detecting and estimating the quantitative assessment of proteinuria. The aim of the work was to review the literature concerning the usefulness of spot urine P/C ratio evaluation in the diagnosis of proteinuria in the course of kidney disease, hypertension, gestational hypertension, preeclampsia, immunological diseases, diabetes mellitus, and multiple myeloma, and in the diagnosis of proteinuria in children. We searched the PubMed and Google Scholar databases using the following keywords proteinuria, spot urine protein to creatinine ratio, spot urine P/C ratio, protein creatinine index, PCR protein to creatinine ratio, P/C ratio and methods, Jaffe versus enzymatic creatinine methods, urine protein methods, spot urine protein to creatinine ratio versus ACR albumin to creatinine ratio, proteinuria versus albuminuria, limitations of the P/C ratio. More weight was given to the articles published in the last 10–20 years. A spot urine P/C ratio >20 mg/mmol mg/mg is the most commonly reported cutoff value for detecting proteinuria, while a P/C ratio value >350 mg/mmol mg/mg confirms nephrotic proteinuria. The International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy recommends a P/C ratio of 30 mg/mmol mg/mg for the classification of proteinuria in pregnant women at risk of preeclampsia. A high degree of correlation was observed between P/C ratio values and the protein concentration in 24-h urine collections. The spot urine P/C ratio is a quick and reliable test that can eliminate the need for a daily 24-h urine collection. However, in doubtful situations, it is still recommended to assess proteinuria in a 24-h urine collection. The literature review indicates the usefulness of the spot P/C ratio in various disease states; therefore, this test should be available in every laboratory. However, the challenge for the primary care physician is to know the limitations of the methods used to determine the protein and creatinine concentrations that are used to calculate the P/C ratio. Moreover, the P/C ratio cutoff used should be determined in individual laboratories because it depends on the patient population and the laboratory ArjaniBackground Diabetes mellitus DM is a metabolic disease which characterized by hyperglycemia due to abnormalities insulin secretions, insulin performance, or both of them. The condition of insulin resistance in DM type 2 causes chronic complications such as diabetic nephropathy. It has become the second leading cause of end-stage kidney disease, and one of the most common and demaging complication of diabetes. The level of creatinine in blood is one of the parameters used to assess renal function, as in the plasma concentration and excretion in the urine within 24 hours. Serum creatinine levels greater than the normal value suggests an impaired renal function. Objective The purpose of this study was to determine serum creatinine levels in patients with DM type 2 in Sanglah General Hospital Denpasar. Methods The method uses an analytical study with description, used accidental sampling methods, involving 30 patients with DM type 2. Blood samples were analyzed for creatinine levels and data are presented as table. The reslts of this study showed that 60% samples had high levels of serum creatinine, 30% samples had normal levels serum creatinine, and 10% samples had low levels serum creatinine. From the result was concluded, most patients with DM type 2 in Sanglah Genaral Hospital have highly serum creatinine levels. Keywords creatinine serum, DM type 2Febri YusnandaR. Kintoko RochadiLinda T. MaasMenurut data WHO, 171 juta penderita Diabetes Mellitus dan akan meningkat dua kali, 366 juta pada tahun 2030. Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai jumlah yang diproyeksikan mencapai pada tahun 2030. Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun. Diabetes Mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar didunia, Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam data pada tahun 2017 dari bulan Januari sampai April, terdapat Pra Lansia 45-59 yang mengalami DM sebanyak orang. Sedangkan di BLUD RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh jumlah Pra Lansia 45-59 yang mengalami Diabetes Mellitus tipe I dan II adalah 484 orang. Aceh masuk dalam daftar sembilan besar daerah Indonesia yang penduduknya banyak menderita penyakit DM. Diabetes Mellitus DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja atau keduanya. Adapun tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan riwayat keturunan terhadap kejadian Diabetes Mellitus pada Pra Lansia di BLUD RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh tahun penelitian adalah analitik observasional desain case control. Sampel penelitian sebanyak 61 kasus dan 61 kontrol. Pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis data dilakukan secara bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh kebiasaan makan p=<0,001 OR = 5,067 95%CI 2, bahwa lansia yang mempunyai kebiasaan makan lebih mempunyai risiko 5 kali akan menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan lansia yang mempunyai kebiasaan makan cukup. Kata kunci Diabetes Mellitus, kebiasaan makanMario Beyer Richard LenzKlaus A KuhnHospital Information Systems have been emerging towards Health Information Systems HIS for more than a decade. Systems have spread across institutional borders, and regional health networks are being supported. Furthermore, E-Health is starting to become a reality. In the same time, HIS functionality has significantly improved systems have become by far more comprehensive, providing essential information and knowledge to health care professionals, supporting quality management, improving patient safety, and providing means to inform patients. Old and new problems, however, remain to be solved, and significant challenges exist. Among them are the need for flexibility, extensibility, seamless integration, and adaptation to work processes. Health Information Systems need to cope with change and with the evolution of medical concepts. Continuous quality improvement of distributed health care processes needs to be supported. The underlying IT infrastructure has to gradually overcome semantic heterogeneity of systems, and to provide support for inter-institutional workflow. In this article, we will present both challenges and architectural approaches for future HIS. Pradeep DablaDiabetic nephropathy is the kidney disease that occurs as a result of diabetes. Cardiovascular and renal complications share common risk factors such as blood pressure, blood lipids, and glycemic control. Thus, chronic kidney disease may predict cardiovascular disease in the general population. The impact of diabetes on renal impairment changes with increasing age. Serum markers of glomerular filtration rate and microalbuminuria identify renal impairment in different segments of the diabetic population, indicating that serum markers as well as microalbuminuria tests should be used in screening for nephropathy in diabetic older people. The American Diabetes Association and the National Institutes of Health recommend Estimated glomerular filtration rate eGFR calculated from serum creatinine at least once a year in all people with diabetes for detection of kidney dysfunction. eGFR remains an independent and significant predictor after adjustment for conventional risk factors including age, sex, duration of diabetes, smoking, obesity, blood pressure, and glycemic and lipid control, as well as presence of diabetic retinopathy. Cystatin-C Cys C may in future be the preferred marker of diabetic nephropathy due differences in measurements of serum creatinine by various methods. The appropriate reference limit for Cys C in geriatric clinical practice must be defined by further research. Various studies have shown the importance of measurement of albuminuria, eGFR, serum creatinine and hemoglobin level to further enhance the prediction of end stage renal risk factors of obesity among female school teachers and relevance to non-communicable diseases during the Covid-19 pandemicAl RahmadAl Rahmad, A. H. 2021. Several risk factors of obesity among female school teachers and relevance to non-communicable diseases during the Covid-19 pandemic. Amerta Nutrition, 51, Melitus Sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal TerminalS ArsonoArsono, S. 2010. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Diponegoro University Institutional Repository UNDIP-IR, 752, Differences In Nutrion Status, Ureum, and Creatinin Levels Among Chonic Renal Failure With Diabetes Mellitus and Non Diabetic Patient in RSUD drS ChadijahY WirawanniChadijah, S., & Wirawanni, Y. 2013. The Differences In Nutrion Status, Ureum, and Creatinin Levels Among Chonic Renal Failure With Diabetes Mellitus and Non Diabetic Patient in RSUD Abidin Banda Aceh. Journal of Nutrition and Kinerja Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2020Dinas Kesehatan Aceh. 2021. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2020. Kementerian Kesehatan A EdwinaA ManafE EfridaEdwina, D. A., Manaf, A., & Efrida, E. 2015. Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari 2011 -Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 41, 102-106. meningkat sedangkan pasien dengan kadar trigliserida normal memiliki kadar kreatinin normal. Hasil uji statistik dengan metode Mann Whitney menunjukan p Sampelpenelitian menggunakan teknik sampling accidental sampling. Sampel penelitian adalah penderita Diabetes mellitus di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2017 yaitu berjumlah 66 penderita. Pengukuran kadar kreatinin menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 penderita, ditemukan sebanyak 17 orang (25,8%) dengan kadar kreatinin tinggi dan 49 orang (74,2%) dengan kadar kreatinin normal.
KorelasiKadar Magnesium Serum dengan Albuminuria pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 The purposes of this study are to know: the role of magnesium in diabetic nephropathy, the proportion of albuminuria in type 2 DM with hypomagnesemia and normal magnesium level, and correlation between magnesium level and albuminuria .
AyRB.
  • v499proz9q.pages.dev/454
  • v499proz9q.pages.dev/326
  • v499proz9q.pages.dev/471
  • v499proz9q.pages.dev/594
  • v499proz9q.pages.dev/134
  • v499proz9q.pages.dev/255
  • v499proz9q.pages.dev/475
  • v499proz9q.pages.dev/291
  • kadar kreatinin pada penderita diabetes